Subscribe

RSS Feed (xml)

Your Comment


Visitors

Free Blog Counter

Powered By

Thanks to:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Supported By

Image Hosted by ImageShack.us

Community Of

Image Hosted by ImageShack.us

Wednesday, October 24, 2007

Mengunjungi Taman Kanak-Kanak Alternatif

Diknas Sulsel Harus Turun Lapangan

Laporan Anita Anggriany

"PEMERINTAH, khususnya Dinas Pendidikan harusnya sudah meninjau kembali Taman Kanak-Kanak Alternatif Barombong.Sebab, saat ini tidak cocok lagi bila status TK ini masih alternatif," demikian Ketua Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-kanak Indonesia (GOPTKI) Sulsel, H Andi Mulyani Malik Hambali.

Mulyani mengatakan ini di depan pengurus Yayasan Pendidikan Bontoa Barombong dan pengurus GOPTKI Sulsel, dalam kunjungan sosial GOPTKI di TK Alternatif Barombong, Selasa, 19 April.

Sebuah Taman Kanak-kanak dinilai sebagai TK Alternatif bila kondisinya tidak memiliki tempat definitif, tidak mengenakan seragam, apalagi membayar iuran sekolah dan jam belajarnya hanya maksimal 4 jam per minggu.

"Biasanya TK Alternatif ini ada di kampung-kampung pedalaman, yang alat peraganya untuk bermain terbuat dari daun-daun atau bahan yang ada di sekitar mereka bukan bahan paten apalagi buatan pabrik."

Selain itu, kata mantan anggota DPRD Sulsel itu, biasanya TK alternatif ini berada di kolong rumah warga yang bersedia menampung anak-anak untuk belajar dan bermain di tempat tersebut.

Namun TK Alternatif Barombong, kini sudah berbeda. Memiliki 48 murid dengan seragam berwarna biru. Anak-anak itu pula sudah mengikuti jadwal pelajaran secara teratur sejak hari Senin hingga Sabtu pukul 10.00-11.00 wita. Tidak hanya itu, mereka juga membayar iuran sekolah Rp5.000 per bulan. "Artinya ini sudah dikategorikan mampu dan berkembang," ujar Mulyani.

Sayangnya, kata Mulyani, yang berhak untuk menentukan status TK tersebut ada pada Diknas Sulsel atau Pemkot.

Memang semula TK Barombong ini lahir sebagai alternatif pada tahun 2001. Namun seiring waktu, kini berkembang. Apalagi beberapa kali TK yang termasuk dalam wilayah Pemkot Makassar ini menerima sumbangan pemerintah. Belum lama ini, Menteri Pendidikan membawa sumbangan sebesar Rp50 juta. Beberapa waktu lalu Mulyani juga mengingat sumbangan sebesar Rp30 juta yang pernah diberikan oleh sebuah lembaga ke TK tersebut. Selayaknya TK ini dianggap berkembang dan berubah status.

Menurut Mulyani, memang tak sedikit kejadian seperti ini dialaminya di lapangan. Sebab, kata Mulyani, sedikit sekali perhatian pemerintah tentang pendidikan anak pra sekolah ini.

Yang jelas, kata dia, jarang ditemukan ada program untuk pengembangan pendidikan anak TK ini yang dibangun bersama-sama dengan GOPTKI. "Di diknas tentunya ada bagian yang mengurus untuk pendidikan pra sekolah ini. Tetapi, jarang sekali kami bisa bekerjasama untuk pengembangan program TK di sini," ujar Mulyani.

Bahkan tak jarang GOPTKI jalan sendiri. Salah satunya melakukan workshop pada Maret 2005 untuk para guru tanpa bantuan dana diknas Sulsel. "Kita tidak tahu apakah ada anggaran untuk GOPTKI," ujar Mulyani ketika dikonfirmasi wartawan.

Peninjauan yang dilakukan GOPTKI Sulsel ini pun dilakukan dalam rangka memperingati HUT GOPTKI ke-48. Ada dua TK yang dikunjungi yaitu TK Alternatif Barombong dan TK Aisyiyah Parang Tambung. Di Kedua tempat tersebut GOPTKI memberikan bantuan berupa alat peraga, bermain untuk anak-anak TK.***

Sumber: http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=5016

No comments: