Subscribe

RSS Feed (xml)

Your Comment


Visitors

Free Blog Counter

Powered By

Thanks to:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Supported By

Image Hosted by ImageShack.us

Community Of

Image Hosted by ImageShack.us

Sunday, October 28, 2007

Analisis Sidney Jones Dikecam

*Sebut Poso akan Dijadikan Negara Islam

JAKARTA--Pengamat masalah konflik, Sidney Jones memprediksi kawasan Poso sebagai tempat yang ideal untuk mengembangkan pemikiran jihad. Menurut peneliti International Crisis Group (ICG) itu, kawasan Poso layak menjadi qoidah aminah. Yakni, tempat untuk menjalankan prinsip-prinsip syariat Islam secara aman. "They believe that parts of Maluku and Poso, but particularly Poso, have the potential to develop into a qoidah aminah, a secure area where residents can live by Islamic principles and apply Islamic law," tulis Sidney.

Dalam laporan yang telah dirilis di website-nya; www.crisisgroup.org, Poso terus-menerus memanas karena beberapa hal. Menurut Sidney, anggota dari organisasi-organisasi mujahidin besar di Indonesia --yaitu Jemaah Islamiyah (JI), pecahan maupun cabang dari Darul Islam (DI), KOMPAK dan lainnya -- melihat Maluku dan Poso sebagai daerah ancaman bagi komunitas muslim.

Masih menurut Sidney, Poso dapat dijadikan basis untuk kemudian dapat dijadikan daerah ujicoba untuk pembentukan sebuah negara Islam. Karena itu, maka Maluku dan Poso terus menjadi fokus bagi upaya dakwah dan perekrutan anggota baru organisasi-organisasi itu.

Penelitian Sidney mengatakan, sebagian dari mujahidin yang pernah bertempur di daerah konflik, baik dari daerah setempat maupun luar, sulit untuk kembali ke kehidupan ‘sipil’ yang biasa-biasa saja. Selain itu, adanya konsentrasi para bekas mujahidin di kedua daerah konflik tersebut menarik bagi buronan polisi yang di masa lalu sudah menemukan network yang siap membantu mereka.

Tak ayal, rilis berjudul Weakening Indonesia's Mujahidin Networks: Lessons from Maluku and Poso (Melemahkan Jaringan Kelompok Mujahidin di Indonesia: Pelajaran dari Maluku dan Poso) itu menjadi perbincangan hangat di kalangan aktivis Islam dalam sebuah diskusi di Jakarta, kemarin.

Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ismail Yusanto menilai analisis Sidney Jones terlalu mengada-ada. "Apa buktinya, itu hanya kepentingan dia saja agar mendapatkan dana besar," ujarnya dengan mimik muka marah.

Menurut Yusanto yang getol mengkampanyekan formalisasi syariat Islam itu, rilis ICG justru menimbulkan ketegangan baru. "Kami menolak keras analisa itu," ujarnya.

Bagi HTI, yang terpenting sekarang adalah keseriusan polisi menangkap pelaku kerusuhan. Tentu saja, berdasarkan bukti-bukti permulaan yang cukup. "Kepemimpinan Sutanto benar-benar diuji," katanya.

Komentar tak kalah pedas disampaikan wakil ketua Komisi III DPR, Al Muzammil Yusuf. "Wajar jika Sidney Jones kita tolak di Indonesia. Dia selalu membikin ulah," katanya.

Meski begitu, rilis ICG tidak bisa begitu saja diabaikan. "Kalau tidak ada rilis itu, aktivis Islam tidak segera sadar untuk bersatu," katanya.

Dari Poso dilaporkan, Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah, hari ini (Jumat, 3 November) akan melakukan peletakan batu pertama untukrehabilitasi dan pembangunan kembali ribuan rumah eks pengungsi yang rusak saat kerusuhan sejak 1998 di Kabupaten Poso dan Tojo Unauna, Sulawesi Tengah.

Bersama Jenderal Djoko Sutanto, Bachtiar yang didampingi Gubernur Sulteng, HB Paliudju akan melakukan peletakan batu pertama.
Pembangunan dan rehabilitasi rumah itu akan dilaksanakan Detasemen Zeni Tempur (Zipur) Kodam VII Wirabuana yang sudah datang beberapa hari lalu di Poso.

Mensos mengatakan, Depsos memilih bekerja sama dengan TNI untuk program ini karena berbagai pertimbangan. Salah satunya, kata dia, ada beberapa pembangunan di daerah Indonesia yang tidak dapat dilakukan oleh pihak lain selain TNI.

Sementara HB Paliudju menilai, pembangunan dan rehabilitasi itu seharusnya sudah dilaksanakan sejak tahun 2000. Namun, berbagai kendala yang dihadapi sehingga pembangunan untuk para eks pengungsi itu mengalami hambatan.

"Harapan kami, pembangunan ini segera selesai," harap Paliudju, kemarin.

Sumber: nit/jpnn [ http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=29311
]

No comments: