Subscribe

RSS Feed (xml)

Your Comment


Visitors

Free Blog Counter

Powered By

Thanks to:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Supported By

Image Hosted by ImageShack.us

Community Of

Image Hosted by ImageShack.us

Sunday, October 21, 2007

Kenangan Terakhir Prof Ambo Enre Abullah: Memilih Antara Unismuh dan DPRD Sulsel

Laporan Anita Anggriany

"SETIAP yang bernyawa pasti akan mati". Inna Lillahi Wa Inna Ilahi Radjiun. Janji Allah SWT dalam Kitab Alquran itu kini dibuktikan-Nya lagi.Prof Dr H Ambo Enre Abullah, anggota DPRD Sulsel, Jumat, 25 Maret memenuhi panggilan-Nya menghadap Ilahi Rabbi.

Sebelum kematian menjemput, rektor Universitas Muhammadiyah Makassar ini memberi pesan terakhir kepada sejawatnya.

Duka menyelimuti kediaman di Jalan Toddopuli Raya Nomor 7 Makassar milik keluarga Prof Dr H Ambo Enre Abullah. Jumat siang, 25 Maret, kepala keluarganya, Prof Ambo Enre, berpulang ke Rahmat Allah SWT setelah dirawat selama tiga jam lebih di RS Grestelina Makassar.

Serangan stroke mengakhiri hayat anggota DPRD Sulsel dari Fraksi Golkar itu. Ambo menghembuskan nafas terakhir pada pukul 14.35 Wita di RS Grestelina.

Bapak kelahiran Bulukumba, 20 Juni 1941 itu, meninggalkan istri, Djawariah Yunus dan empat orang anak, Amruddin, Abdul Haq, Abadi dan Arya Diana.

Sore itu, rumah prof Ambo Enre dipenuhi dengan tamu, kerabat, handai tolan, mahasiswa dan rekan anggota DPRD Sulsel yang datang melayat.

Sebagai wakil rakyat, Ambo memiliki banyak rekan dan sejawat. Apalagi beliau juga menjabat sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Maka tamu berbagai kalangan terlihat datang membacakan doa untuknya.

Rencananya, hari ini, Sabtu, 26 Maret 2005, Ambo Enre akan dimakamkan di Pemakaman Arab Bontoala, Makassar yang berdekatan dengan makam ibunya.

Menurut kerabat, keluarga masih menunggu kedatangan putera Ambo Enre, Abadi yang sedang bersekolah kepolisian di Jawa.

Kematian Ambo ini memang terasa tiba-tiba. Tetapi sesungguhnya, di akhir-akhir masa hidupnya, Ambo meninggalkan tanda-tanda kepada sejawat di Unismuh.

HM Ikram Idrus, SE MS, Pembantu Rektor Bidang Keuangan, adalah salah satu rekan yang diberi tanda itu, meskipun tak disadarinya.

Dialah yang berbicara terakhir, pada pagi hari, dengan Prof Ambo Enre sebelum kematian menjemput Jumat siang itu.

"Beliau menanyakan saya, bagaimana penyelenggaraan wisuda Unismuh kemarin. Sebab, dia berusaha datang tapi tak sempat. Maka saya mewakilinya sebagai pelaksana rektor," ujar Ikram kepada Fajar, ketika ditemui di rumah duka.

Ambo berhalangan hadir setelah melakukan reses, tugas DPRD Sulsel. Saat itu, Ambo Enre mengatakan, "Alhamdulillah, kalau berjalan lancar," ujar Ikram meniru ucapan terakhir almarhum.

Setelah itu, beberapa jam kemudian keluarga menelepon kembali dan menyampaikan Ambo Enre mengalami keadaan kritis.

Tidak hanya itu, medio Maret ini, tepatnya 17 Maret 2005, Ambo Enre pun meninggalkan pesan dan kesannya lewat rapat senat Unismuh.

Di hadapan sejumlah civitas akademik itu, Ambo Enre membeberkan rahasianya tentang sikapnya apakah akan memilih Unismuh atau DPRD Sulsel.

Sebab, berdasarkan aturan tata tertib DPRD Sulsel, Ambo Enre memang harus memilih bahwa menjadi anggota DPRD tidak boleh merangkap jabatan. Pada saat yang sama dia masih menjabat sebagai rektor Unismuh.

"Saat itu, dia mengatakan akan segera menentukan sikap apakah memilih menjadi wakil rakyat atau Unismuh," ujar Ikram. Akhirnya, Tuhanlah yang memilihkan untuk Ambo Enre. Tidak kedua-duanya, melainkan menghadap Sang Pencipta.***

Sumber: Harian Fajar Makassar [http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=4173]

No comments: